7 Okt 2025, Sel

Menciptakan Sekolah Tanpa Bullying: Upaya BBPPMPV Seni dan Budaya Wujudkan Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menggembirakan

Kasus perundungan di sekolah masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Laporan internasional mencatat, Indonesia menempati peringkat lima besar dari 81 negara dengan angka bullying yang tinggi—lebih dari 41% siswa pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan, mulai dari ejekan (roasting) hingga kekerasan fisik. Ironisnya, praktik tersebut kerap dianggap lumrah. Padahal, di balik tawa, ada luka yang membekas.

Kegiatan Penguatan Happy Tanpa Bully yang difasilitasi BBPPMPV Seni dan Budaya diselenggarakan melalui kolaborasi dengan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Yogyakarta, sebagai upaya menghadirkan ruang belajar yang aman, nyaman, dan mendukung pertumbuhan karakter pelajar.

“Sekolah seharusnya bukan hanya tempat mencari ilmu, tetapi juga ruang untuk bertumbuh menjadi generasi yang mulia,” tegas Dr. Mariman Darto, Staf Ahli Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, saat menjadi narasumber kegiatan ini.

Forum Diskusi dan Kolaborasi

Kegiatan ini lahir dari keprihatinan bersama atas maraknya kasus bullying yang kian mendapat sorotan publik. Sesdirjen Pendidikan Vokasi, Hasbi, yang hadir sebagai sponsor kegiatan, menekankan perlunya ruang bersama untuk membicarakan persoalan ini.

“Kasus bullying masih sangat marak. Kita butuh forum untuk saling berdiskusi: apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana mencari solusi agar angka perundungan bisa ditekan,” ujarnya.

Melalui kegiatan ini, guru SMK dari berbagai daerah difasilitasi untuk tidak hanya memahami konsep anti bullying, tetapi juga mengintegrasikannya dalam proses pembelajaran dan budaya sekolah. Kepala BBPPMPV Seni dan Budaya, Masrukhan Budiyanto, S.H.,MM menegaskan, “Setelah mengikuti camp ini, guru diharapkan mampu menerapkan, memahami, sekaligus mendesiminasikan nilai-nilai anti bullying kepada rekan sejawat maupun siswa.”

Kewirausahaan sebagai Penguatan Karakter

Selain pendekatan preventif, penguatan karakter siswa juga ditempuh melalui integrasi kewirausahaan di sekolah. Widayati Indarsih, S.Si., M.Sc., Narasumber dari BBPPMPV Seni dan Budaya menekankan bahwa semangat kewirausahaan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga sarana membentuk mentalitas mandiri dan positif.

“Ketika siswa memiliki jiwa kewirausahaan berani mencoba, kreatif, dan percaya diri mereka tidak hanya siap menghadapi dunia kerja, tetapi juga lebih tahan terhadap tekanan lingkungan. Hal ini bisa menjadi benteng yang kuat dalam mencegah praktik bullying di sekolah,” paparnya.

Dengan membiasakan siswa berkolaborasi dalam proyek kewirausahaan, mereka belajar menghargai perbedaan ide, membangun empati, serta mengutamakan solusi, bukan konflik.

Puspeka: Penguatan Karakter adalah Kunci

Sementara itu, perwakilan Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek Indra Budi Setiawan, S.Kom., M.Pd menegaskan bahwa kasus perundungan tidak bisa diselesaikan hanya dengan sanksi, tetapi dengan pembiasaan nilai karakter yang konsisten.


“Bullying adalah masalah karakter. Karena itu, pencegahan harus melalui pembiasaan sejak dini: disiplin, empati, dan menghargai perbedaan. Sekolah harus menjadi ekosistem yang menanamkan nilai-nilai itu dalam keseharian, bukan hanya dalam teori,” ujarnya.

Menurut Puspeka, pembiasaan sederhana seperti kerja kelompok, kegiatan ekstrakurikuler yang menekankan kolaborasi, hingga program literasi empati, bisa menjadi strategi nyata untuk mengurangi praktik perundungan.

Membangun Sekolah yang Bahagia

Lebih jauh, Dr. Mariman Darto mengingatkan bahwa praktik roasting atau ejekan yang kerap dianggap wajar harus dilihat ulang. “Budaya belajar harus aman, nyaman, dan menggembirakan. Jika ejekan dianggap lumrah, kita lupa bahwa itu melukai. Sekolah adalah tempat tumbuh, bukan tempat trauma,” tegasnya.

Dengan dukungan BBPPMPV Seni dan Budaya, IPM Yogyakarta, Puspeka, serta berbagai elemen masyarakat, program Happy Tanpa Bully diharapkan mampu menjadi langkah nyata menciptakan sekolah yang benar-benar menyenangkan, bebas dari kekerasan, dan mendukung peningkatan prestasi akademik maupun non-akademik siswa.(AR)

By Arepa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *